Bertemu Jodoh di Aplikasi Tinder, Kenapa Tidak?

  • Thursday, September 19, 2019
  • By Amelia Pratami
  • 0 Comments


Jodoh nggak ada yang tau ya. 
Siapa, kapan dan bagaimana proses bertemunya hingga akhirnya bisa menjadi seseorang yang sangat berarti. Cerita seperti ini pun saya alami sendiri, bahwa orang asing yang tidak saya kenal sebelumnya, 6 bulan kemudian menjadi suami saya.


Awalnya, di tahun 2018 adalah tahun penuh kepedihan bagi saya. Saat itu saya ditinggal kabur oleh suami pertama saya dengan jejak yang tidak diketahui. Dia pergi dengan wanita lain, dan meninggalkan saya dengan hati luluh lantak. Padahal, mantan suami saya itu adalah lelaki yang sudah saya kenal selama 9 tahun lamanya.

Kami memang memiliki hubungan toxic. Saya terlalu tergila-gila hingga memaksakan harus dan harus menikah dengan dia. Jika tidak, ya saya tidak akan menikah. Jadi selama 9 tahun pacaran itu, mimpi saya memang hanya menikah dengan dia, tiada yang lain.


Manusia punya segudang rencana, akhirnya Tuhan jugalah yang menentukan. Setelah akhirnya "merasa berhasil" menikah dengan waktu super singkat, selama 2 bulan, sialnya saya ditinggalkan begitu saja tanpa kepastian.

Saat itu saya hanya bisa menangis-menangis-menangis dan meratapi nasib. Seakan-akan hidup saya memang hanya sampai disitu saja. Saya juga sudah nggak punya semangat untuk apapun, demi apapun.

Sampai akhirnya.. 
Saya memiliki grup chatting sesama teman blogger. Saat itu teman saya yang akan segera menikah merasa sangat galau.

Alasannya simpel, dia belum mencintai calon suaminya. Sedangkan calon suaminya saat itu sangat perhatian dan menyayangi teman saya dengan sepenuh hati.

Saat kami (teman blogger di grup chatting itu) ditunjukkan screenshot percakapan romantis antara teman saya dan calon suaminya, saya merasa miris 😭 Karena ternyata lelaki bisa sangat menyayangi kekasihnya. Memberikan rasa aman, rasa nyaman, rasa dicintai dengan sepenuh hati.

Tapi mengapa itu tidak terjadi pada saya selama 9 tahun mengenal kekasih saya? Mengapa saya seperti berjuang sendiri? Mengapa saya tidak dicintai dengan begitu hebatnya?

Sejak saat itu saya  tidak menutup diri. Saya yakin lelaki baik hati yang sangat mencintai saya pasti akan hadir. Saya bertekad untuk melupakan mantan suami tanpa kepedihan. Saya buang semua kenangan tanpa tertinggal sedikitpun.

Saat itu juga, saya teringat aplikasi Tinder. Sebebarnya saya mengetahui aplikasi Tinder sudah lama. Aplikasi yang bertujuan menambah pertemanan ini sebelumnya tidak saya lirik. Namun tiba-tiba saya teringat dan tertarik untuk mendownload Tinder karena saya memang ingin membuka hati segera dan secepatnya.

Aplikasi Tinder pun segera saya download saat itu juga. Saya sangat bersemangat untuk menemukan cinta baru bagi hati saya. Meskipun saya tidak tau apakah berhasil atau tidak saat itu.

Setelah Tinder terinstal, saya pun mengisi data dan mengunggah foto profil dengan sebenarnya. Karena memang niat untuk membuka hati, maka saya harus jujur termasuk status pernikahan saya yang hancur.

Cara kerja Aplikasi Tinder ini, adalah dengan swipe right jika tertarik dengan profil orang lain, atau swipe left jika tidak tertarik. Profil-profil yang muncul juga bisa disortir sesuai dengan kriteria kita. Lalu saya mulai swipe right dengan profil-profil pria yang sekiranya bisa diajak bercakap-cakap. Jika profil tersebut juga tertarik dengan profil kita, maka akan match. Jika sudah match, kita bisa ngobrol via chatting yang ditawarkan di aplikasi Tinder tersebut. 

Satu dua pria yang match dengan kriteria saya pun mengajak chating dengan template perkenalan sewajarnya. Saya ladeni dengan hati yang terbuka, siapa tau ada yang nyantol 😁

Begitupun dengan lelaki baik hati ini. Namanya Iwan, saya memanggilnya dengan sebutan Mas. Saya mengenal dia dari aplikasi Tinder, dan pria ketiga yang match dengan saya.

Mas Iwan, template chatnya beda dengan pria sebelumnya. Mas Iwan mengucapkan salam langsung bertanya tentang status saya. Saya yang kala itu memang sudah ditinggalkan mantan suami, dengan jujur mengatakan bahwa saya sudah pernah berkeluarga.

Perkenalan singkat dari aplikasi Tinder ini akhirnya kami teruskan di aplikasi chatting Whats App. Setelah intens ngobrol via Whats App, kami merencanakan pertemuan diakhir pekan itu.

Kesan pertama bertemu lelaki asing, jujur ada perasaan takut. Warung kopi yang cukup ramai pun menjadi pilihan saya untuk bertemu dengan Mas Iwan.

Setelah pertemuan itu, saya masih merasa biasa saja. Tapi Mas Iwan ntah kenapa sudah sangat yakin dengan saya. Chatting dan pertemuan kami pun selalu memberikan kesan positif kepadanya.


Setelah beberapa kali bertemu, hati saya pun mulai bisa menerima kehadiran dia dengan mudah. Karena begitu banyak cinta dan kasih sayang yang diberikan Mas Iwan kepada saya. Banyak cerita yang saya bisa sampaikan kepada Mas Iwan tanpa ragu sedikitpun. Begitupun dengan Mas Iwan, bisa menerima saya dengan semua kisah kelam di masa lalu saya.

Rencana menikah pun ia sampaikan kepada orangtua saya saat Mas Iwan berkunjung ke rumah orangtua saya dipertemuan ketiga kami. Saya pun semakin yakin dengan kelanjutan hubungan ini.


6 Desember 2018 saya match dengan mas Iwan di aplikasi Tinder, tanggal 9 Desember 2018 kami bertemu pertama kali, tanggal 31 Maret 2019 akhirnya Mas Iwan dan keluarga resmi melamar saya. Dan 16 Juni 2019 kami resmi menjadi suami istri.

Singkat saja, namun untuk selamanya..

You Might Also Like

0 comments