Modus Penipuan Pemesanan Barang

  • Wednesday, April 29, 2015
  • By Amelia Pratami
  • 1 Comments

Sharing..Beberapa minggu yang lalu ada telepon dari calon customer yang mau pesan nasi tumpeng. Ada yang aneh memang ketika beliau tersebut hendak memesan nasi tumpeng. Pasalnya, beliau nggak tau untuk tanggal berapa nasi tumpeng itu akan diantarkan. Dia hanya berkata "untuk lima hari kedepan bu" sehingga saya langsung melihat kalender 5 hari kedepan itu tanggal berapa.

Keanehan kedua, beliau tidak tau untuk berapa porsi/berpa orang nasi tumpeng yang akan dipesan. Sehingga saya sedikit bingung ketika dia mengatakan "yang paling besar dan mahal bu". Lah, kalo yang paling besar dan mahal bisa aja dibuat untuk 100 orang.. Tapi kan pasti disesuaikan dengan jumlah orang yang ada atau hanya untuk ceremonial saja.

Keanehan ke tiga, beliau tidak tanya apa saja menu yang terdapat di paket nasi tumpeng yang kami tawarkan. Dan beliau menyuruh saya untuk mengambil DP ke rumahnya di Tanjung Morawa. Saya masih bingung DP berapa yang akan dibayarkan karena beliau tidak tegas mengatakan akan memesan untuk berapa porsi.

Ketika itu juga beliau mengatakan, "Ibu kapan bisa ambil DP nya, saya di Tanjung Morawa. Tau kota Tanjung Morawa kan?" saya jawab tau tapi kalau ke kota saya kurang paham jalannya. Lalu dia tanya lagi "Ibu naik apa ke Tanjung Morawa?" saya jawab naik motor, karena memang kendaraan saya sehari-hari adalah motor. Lalu dia katakan "Ibu sampai simpang kayu besar, nanti telepon saya, biar saya tuntun jalannya."

Karena saya merasa terlalu jauh untuk mengambil DP yang tidak jelas berapa jumlahnya dan dimana alamatnya maka saya sarankan untuk mentransfer ke rekening saya. Tapi beliau menolak dengan alasan takut tertipu. Dan ketika saya sarankan untuk bertemu saya dilokasi kami, beliau pun menolak. Akhirnya saya sanggupi untuk menjemput DP tersebut tapi sore menjelang magrib karena saya juga bekerja di perusahaan. Dalam hati saya mungkin ketika saya tunjukkan menu dan harganya nanti beliau dapat memilih menu.

Singkat cerita, saya agak nggak enak hati untuk pergi ke Tanjung Morawa, akhirnya ketika pulang kerja saya tidak jadi pergi kesana dan karena kebetulan ada pesanan untuk besok paginya, saya menyiapkan pesanan tumpeng untuk diantarkan besok pagi. Ternyata saya ditunggu oleh beliau tersebut dan beliau menelepon saya kembali dengan nada kecewa karena saya sudah ditunggu tapi tidak datang. Saya katakan besok saja saya datang tapi beliau katakan akan ditunggu malam itu juga karena sudah ada dirumah jadi beliau standby dirumahnya. Karena merasa bersalah akhirnya sayapun pergi juga pukul 20.30.

Setengah jam kemudian saya sampai disimpang kayu besar. Lalu saya hubungi dia melalui telepon.
Keanehan terjadi : Ketika saya telepon langsung diangkat, dan beliau bertanya saya siapa. Emangnya tadi yang menghubungi saya siapa. masa tanya saya siapa dalam jeda waktu 30 menit. Lalu saya tanya alamat jelasnya, beliau tidak dapat menjelaskan dengan detail alamat atau jalan yang harus saya lalui untuk menuju kerumahnya. Karena saya kurang paham dengan lalu lintas di tanjung Morawa, akhirnya telepon saya berikan ke ayah saya yang mengendarai motor (saya diboncengan). Ayah saya yang hapal jalan di Tanjung Morawa lantas bertanya dimana bisa bertemu.

Tapi si beliau itu mengatakan dia tidak sedang dirumah, dan rumahnya ada di perkampungan yang jauh dari daerah itu. Dia juga bertanya ayah saya siapa, apa supir saya? Ayah saya bilang "saya Ayahnya." lalu dia mengatakan bahwa istrinya sedang ada di pekan (pasar) dan dia tidak ada pulsa untuk menelepon istrinya. Lalu beliau meminta ayah saya untuk mengisikan pulsa 20rb ke nomor ponselnya agar dia dapat menelepon istrinya untuk dapat menjumpai saya di tengah (bukan dirumahnya karena katanya jauh diperkampungan).
Disitu, lalu kami putar arah balik ke Medan :D

Pertimbangannya:
1. Ketika di telepon, beliau mengatakan ada dirumah. Ketika sampai di lokasi janji bertemu malah mengatakan rumah jauh dan tidak sedang berada di rumah.
2. Ketika ditelepon bertanya saya naik apa kesana?
3. Malah minta diisikan pulsa karena ternyata saya berangkat ke Tanjung Morawa dengan Ayah saya.
4. Keanehan dalam menjawab pertanyaan yang terkesan gugup (untuk hari apa, jumlahnya berapa, paket yang mana?)
5. Karena saya berikan telepon ke ayah saya, beliau tidak menunjukkan jalan yang tadinya dijanjikan (mungkin akan ditunjukkan bila saya mengendarai motor sendirian dimalam hari dan saya perempuan, salahnya saya nggak bisa mengendarai motor).
Hati-hati dengan modus seperti ini. Bertemu didaerah yang tidak dikuasai dengan iming-iming ingin memesan produk yang kita jual. Karena SMS mama minta pulsa udah maintsreem...

You Might Also Like

1 comments

  1. Ada untungnya juga mba ga jadi di modusin dan yang akan berniat jahat pun segera sadar aja deh hehehe

    ReplyDelete